Site icon TentangWarga

Liluk: Semangat Gotong-royong Perlu Terus Digelorakan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang berharap semangat budaya gotong-royong yang ada di masyarakat perlu ditumbuhkan kembali. Pasalnya, saat ini semangat itu mulai tergerus dengan merebaknya dan semakin majunya teknologi maupun pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Wahyu “Liluk” Winarto mengatakan, pihaknya mengimbau semua elemen masyarakat mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan, hingga RW/RT untuk kembali menggelorakan semangat dan budaya gotong-royong di masyarakat.

“Budaya gotong-rotong jangan sampai luntur. Ini terbukti saat kita menghadapi pandemi Covid-19, sangat membantu terutama di masyarakat tingkat bawah,” katanya, saat menjadi nara sumber dalam Dialog Interaktif DPRD Kota Semarang di salah satu stasiun televisi lokal swasta, Kamis (21/10/2021).

Menurut Liluk, panggilan akrabnya, budaya gotong royong merupakan salah satu indentitas masyarakat Indonesia. Gotong royong dan memiliki sikap persatuan, merupakan nilai-nilai luhur dari sila ke tiga Pancasila yang akan membawa arah persatuan.

“Karena Gotong royong inilah yang merupakan tali pemerkuat bangsa Indonesia. Kalau tidak ada gotong-royong ini, kita pasti akan kesulitan dan makin terpuruk dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dan Alhamdulillah dengan belum lunturnya semangat gotong royong kita mampu hadapi persoalan bangsa secara bersama-sama, sehingga sekarang Kota Semarang turun sampai level I,” harapnya.

“Kami terus mengimbau dan memberikan semangat kepada masyarakat maupun Pemkot Semarang, untuk terus menggalakkan budaya gotong royong agar perekonomian bisa kembali pulih dan normal,” paparnya.

Nara sumber lain, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Semarang, Abdul Haris mengatakan, pihaknya terus berupaya memupuk semangat budaya gotong-royong yang hidup di masyarakat. Seperti dengan adanya Jogo Tonggo, yang sampai sekarang masih berjalan, merupakan salah satu penerapan nilai gotong royong di masyarakat.

“Kami melihat budaya yang ada di masyarakat tidak luntur, terutama kegiatan gotong royongnya. Apalagi pada saat menghadapi pandemi Covid-19. Orang yang terkena Covid-19 terpaksa harus isolasi mandiri, dibantu oleh tetangga dan warga sekitarnya dengan mengirimkan bahan makanan maupun sembako. Budaya gotong royong inilah yang kita butuhkan. Ini merupakan budaya asli dari bangsa kita, meski saat ini mulai dipengaruhi budaya asing yang masuk,” imbuhnya.

Prof Budi Setiyono, SSos, MPol Admin, PhD, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Undip Semarang mengatakan, budaya gotong-royong di masyarakat bisa menjadi fungsi sosial kapital. Yang mana, makin besar sisi sosial kapitalnya bisa mendorong daerah lebih maju dibandingkan dengan sosial kapitalnya yang kecil.

“Begitu juga dengan modal sosial, salah satu menjadi kebutuhan penting hidup bermasyarakat selain kebutuhan dasar manusia, seperti makan dan minum serta kecukupan materi. Percuma kalau banyak materi, tapi tidak punya lingkungan sosial yang bagus akan hampa, karena tidak bisa bersosialisasi atau ikut merasakan hubungan satu sama lainnya,” pungkasnya.

Exit mobile version